Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.
 
Pada suatu ketika saat kota Jakarta diduduki Jepang pada tahun 1940an, Sebuah keluarga sederhana yang tinggal di kampung kembangsari, Jakarta Barat sedang mengadakan syukuran karena telah lahir seorang anak laki – laki. Anak laki-laki itu dinamakan Jayadi. Bapaknya berasal dari Banten dan ibunya berasal dari Jakarta. Anak laki-laki itu tinggal bersama  pamannya dirumah di kampung Kembangsari, karena ayahnya dipilih menjadi tentara yang membantu jepang dan ibunya menjadi perawat tentara Indonesia. Pamannya sangat sayang kepadanya, Jayadi diperlakukan sebagai anak sendiri. Agar kelak memiliki ilmu sebagai bekal hidupnya, oleh pamannya ia disuruh belajar ilmu bela diri.
 
Ternyata setelah beberapa waktu belajar bela diri, Jayadi mulai menemukan kesukaannya terhadap bela diri silat. Dan dia menjadi salah satu murid terbaik dalam perguruannya. Dia berlatih siang dan malam demi menjadi jagoan silat yang handal dan tidak terkalahkan. Karena dia berambisi untuk mengusir Jepang dari tanah betawi. Dan karena dia sudah muak terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Jepang.
Setelah Jayadi menyelesaikan menuntut ilmu silat, Guru silatnya berpesan kepadanya agar ilmu yang didapatnya jangan digunakan untuk berbuat kejahatan. Dan harus digunakan untuk kebaikan dan membantu sesama jika dalam kesusahan. Dengan kemampuan silatnya itu, dia menjadi seorang Jawara yang disegani kawan ataupun lawan.
 
 Dia dimitoskan punya jimat kekebalan dan pandai merekrut orang untuk menjadi pengikutnya. Jayadi bersama gerombolan kawanya melawan pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang pun dibuat kerepotan dengan ulah Jayadi. Dia mulai mendatangi kumite – kumite perguran bela diri Jepang dan menantang mereka untuk membuktikan siapa yang terbaik. Mulai dari hal – hal seperti itulah dia mulai membakar semangat para rakyat betawi untuk merdeka dan mengusir Jepang dari tanah betawi.
 
Ketika hendak melawan pesilat jepang, dia punya kebiasaan untuk meraung – raung bak singa untuk mendapatkan semangat dan sekaligus menakut – nakuti lawannya. Karena lawannya mengira dia kesurupan roh singa yang membuat dia menang. Dan setelah melakukan ritual itu, Jayadi pun selalu menang dalam pertandingannya. Semenjak saat itu, dia dijuluki Si Raung oleh masyarkat sekitar, karena khas dengan gaya silat raung nya.
 
Si Raung
Published:

Si Raung

Si Raung, Jagoan Silat Betawi.

Published: